Bandung, 29 Agustus 2025 – Aksi demonstrasi mahasiswa dan buruh di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Kamis (28/8) berlangsung panas. Ribuan massa turun ke jalan menuntut transparansi kebijakan pemerintah daerah serta menolak beberapa keputusan yang dinilai merugikan rakyat.
Di tengah situasi yang memanas, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau akrab disebut “Bapak Aing” mengambil langkah mengejutkan dengan turun langsung menemui massa.Kang Dedi hadir tanpa pengawalan ketat. Dengan gaya khasnya, ia mencoba berbicara langsung kepada massa yang sudah sejak pagi memenuhi jalanan.
“Saya datang bukan untuk berdebat, saya hadir sebagai orang tua. Aksi boleh, tapi jangan anarkis. Kita jaga kota ini bersama-sama,” ujar Kang Dedi dari atas mobil komando.
Langkah Kang Dedi menuai pro dan kontra. Sebagian pihak memuji keberaniannya yang dianggap menunjukkan kedekatan dengan rakyat. Namun, ada pula yang mengkritik, menilai langkah itu berisiko memperkeruh suasana karena massa tengah dalam kondisi emosional.
Di media sosial, tagar #BapakAing sempat menjadi perbincangan hangat. Banyak warganet membagikan momen ketika Kang Dedi berdiri di tengah asap gas air mata, menyebutnya simbol pemimpin yang tidak lari dari rakyat.
Terlepas dari perdebatan, aksi Kang Dedi sekali lagi memperlihatkan gaya kepemimpinannya yang berbeda. Ia memilih hadir langsung di lapangan, mengambil risiko, dan menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya memimpin dari kantor, tapi juga berani berada di tengah rakyat.
Meski berusaha menenangkan, suasana tidak mudah dikendalikan. Sejumlah pendemo melemparkan botol air ke arah panggung orasi. Bahkan, saat aparat mulai menembakkan gas air mata, Kang Dedi ikut terkena imbasnya. Ia tampak mengusap mata dan menunduk sesaat, namun kembali berdiri di hadapan massa.
Langkah Kang Dedi menuai pro dan kontra. Sebagian pihak memuji keberaniannya yang dianggap menunjukkan kedekatan dengan rakyat. Namun, ada pula yang mengkritik, menilai langkah itu berisiko memperkeruh suasana karena massa tengah dalam kondisi emosional.
Terlepas dari perdebatan, aksi Kang Dedi sekali lagi memperlihatkan gaya kepemimpinannya yang berbeda. Ia memilih hadir langsung di lapangan, mengambil risiko, dan menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya memimpin dari kantor, tapi juga berani berada di tengah rakyat.