Cimahi, akarmusic.com – Jumlah siswa yang diduga mengalami keracunan akibat konsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) terus bertambah di berbagai daerah. Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Dinas Kesehatan setempat mengonfirmasi bahwa hingga Jumat (19/9/2025), total korban telah mencapai 569 orang.
Menurut Kepala Dinkes Garut, dr. Leli Yuliani, peningkatan jumlah korban berasal dari laporan sejumlah sekolah, termasuk satu SD di Kecamatan Kadungora. “Korban berasal dari empat sekolah berbeda, termasuk SMP, SMA, SD, dan Madrasah Aliyah di bawah satu yayasan,” jelasnya.
Kebanyakan siswa hanya mengalami gejala ringan dan dirawat di rumah. Namun, 30 pelajar harus menjalani perawatan intensif di puskesmas, dengan 11 orang sudah diperbolehkan pulang dan 19 lainnya masih dirawat.
Sementara itu, kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Data dari RS Trikora Salakan menyebutkan 277 siswa dari berbagai tingkatan pendidikan mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi menu MBG pada Rabu (17/9/2025). Dari jumlah tersebut, 173 siswa telah diperbolehkan pulang, sementara 104 lainnya masih dalam perawatan.
Gejala yang dialami para siswa di Banggai Kepulauan cukup beragam, mulai dari gatal-gatal, mual, muntah, sakit kepala, hingga sesak napas dan pembengkakan wajah. Dugaan sementara mengarah pada ikan cakalang dalam menu MBG yang diduga tidak layak konsumsi.
Rumah Sakit Trikora sempat kewalahan menangani lonjakan pasien, sehingga BPBD dan PMI mendirikan tenda darurat untuk menampung siswa yang terdampak.
Menanggapi insiden ini, Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tengah, Syarifuddin Hafid, menyoroti lemahnya pengawasan terhadap pengelolaan dapur MBG. Ia mendesak Badan Gizi Nasional (BGN) untuk segera mengevaluasi mitra penyedia makanan dan memastikan standar keamanan pangan ditegakkan secara ketat.
Kasus serupa juga dilaporkan di Kota Palu, dengan enam siswa SD mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG.
Insiden ini menjadi peringatan keras bagi pelaksana program MBG agar meningkatkan pengawasan kualitas makanan, agar program mulia ini tidak justru menimbulkan bahaya bagi anak-anak sekolah.